Ah ! Aku selalu mengutuk Jakarta dan semua hiruk pikuk plus kemacetanya yg sudah tidak bisa ditolerir lagi. Kalau tadi aku tidak menerobos jalur busway pasti pesawat ini sudah terbang. Jelas, aku tahu itu perilaku yg salah. Tapi kondisi kadang memaksa seseorang melupakan mana yg salah.
Aku merubah ponsel menjadi mode pesawat. 2 jam lagi aku sampai di Jogjakarta.
Ya, Jogja selalu punya cerita. Kota kecil dengan tradisi dan sejarah yg panjang. Kota yg selalu punya kisah istimewa.
Jogja seperti rumah yg menanti aku untuk kembali. Aku menemukan sesuatu disini. Sesuatu yg membuat aku lari dan akhirnya mencari mencari kembali.
Aku sengaja datang 3 hari lebih awal dari hari pernikahan Zahra. Aku mau punya waktu untuk mencari kembali apa yg sudah kutinggal pergi.
....
Jogjakarta, pertengahan Juni 5 tahun lalu.
"Lain kali ati ati nonaa"
"Gue pikir Jogja beda sama Jakarta."
"Copet mah dimana mana sama aja."
Pria itu mengembalikan dompet merah marun yg tadi sempat dibawa seseorang pergi. Dia membuka masker yg menutupi sebagian wajahnya dan mengulurkan tangan.
"Abimanyu."
Sebagai tanda terima kasih. Aku harus menuruti keinginan pria itu. Kami janji bertemu di Malioboro.
"Are you ready to find some fun ?"
"Awas lo ya macem macem sama gue !"
"Tenaaang nona, nih kalau perlu pegang ktp aku sebagai jaminan."
"Come on !"
Pria itu menarik tanganku, dan membawaku pergi. Kami berjalan disekitaran Jogjakarta. Pria itu dan segala tingkah konyolnya membuat aku lupa rasanya lelah.
Kami melewati banyak tempat bersejarah di Jogja. Dan dia menceritakan semuanya tanpa detail yg terlewat. Sepanjang jalan dia melakukan banyak hal konyol yg awalnya membuatku malu tapi lama lama aku merasakan kebebasan disisinya. Kebebasan yg membuat aku melupakan batasan batasan dan juga rasa sakit.
"Yeaaah here we are, nona !"
Damn ! You know where we are ? Abi bilang ini tempat paling cozy yg ada di Jogjakarta. Katanya semua penat bisa hilang. Dan tidak ada yg dilarang.
Nope ! Ini bukan bar atau semacamnya. Ini pasar malam. Ya literally pasar malam.
"Trust me ! Ini jauh lebih menyenangkan dibanding semua bar atau club mewah dijakarta. You can be anything you want without beer. Emmmm dan hari ini aku pengin kita jadi jadi anak kecil. Bersenang senanglah, nona !"
Abi benar benar membuat aku kembali menjadi anak kecil. Setiap detik bersamanya membuat aku lupa semua masalah yg membawaku berlibur ke Jogja. Abi membuat aku menjadi aku tanpa pernah menuntut apapun.
....
Kami menginap di sebuah losmen. Tapi tentu dengan kamar yg berbeda. 3 hari berlalu dengan banyak kebahagiaan.
"Kata mas Abi, saya harus menutup mata Non."
"Eh bu tapi..."
Abi selalu punya cara membuat liburan kami penuh warna. Eh hal konyol apa lagi yg mau dia lakukan malam ini.
Ibu pemilik losmen membuka penutup mataku. Ada semacam tenda berwarna merah di tepi pantai. Dikelilingi dengan lilin dan bunga mawar merah.
Didepan sana duduk Abi sedang memegang gitar dan memainkan sebuah lagu.
Beautiful Girls - Christian Bautista
Setelah nada terakhir di lagu itu. Abi datang dan mengulang beberapa lirik di lagu itu.
"Its was destiny's game when love finally came on. I just knew i'm in love again after a long long while. Did love again."
"Maksud lo bi ?"
"Ya aku suka sama kamu."
"Nama asli gue aja lo gatau gimana lo bisa bilang suka ?"
"Cinta bukan tentang seberapa dalam kita mengenal seseorang, tapi seberapa dalam kita memahami perasaan kita sendiri."
Aku berlari masuk ke dalam losmen. Kalau bisa rasanya aku ingin berlari jauh kembali sebelum tiga hari. Yg Abi tau ada sesuatu yg salah dalam percernaanku. Aku bilang akan memberinya jawaban senja besok hari.
.......
Diakhir sepertiga malam aku mengemasi sebuah barang barang. Aku harus pergi sebelum Abi bangun. Tidak, tidak ada yg salah pada Abi. Hanya saja dia datang disaat yg sangat tidak tepat.
Bohong kalau aku harus bilang aku tidak tertarik padanya. Abi tampan, dia punya sayu yg menenangkan. Tapi aku sedang pada masa tidak mempercayai semuanya. Terutama mereka. Kaum pria.
3 hari yg lalu hakim mengetuk palu perceraian kedua orang tuaku. Ayah menggugat cerai Ibu untuk menikahi perempuan yg setahun lebih muda dari aku. Ayah melupakan aku dan Ibu demi apa yg katanya dinamakan Tuhan dengan cinta.
Aku lari dari rumah. Seorang diri berlibur ke Jogja. Mencari ketenangan. Bukan pria. Dalam hati aku tau Abi bukan Ayah. Tapi di sisi hati lainya aku tau aku sedang tidak bisa mempercayai mereka.
.....
5 tahun berlalu. Dan aku menyesali itu. Pergi diam diam dari Abi. Satu satunya laki laki yg pernah aku cintai.
Entah apa yg nanti mungkin terjadi. Tapi aku rasa sudah saatnya aku berhenti menjadi seorang pengecut. Sudah saatnya aku lari karena takut pada luka.
Aku mencari Abi ke semua tempat yg pernah kami kunjungi. Ini peluang terakhir yg aku punya. Pergi ke losmen tempat dulu kami menginap.
"Yaah mbak, kenapa baru dateng ? Semenjak mbak pergi mas Abi selalu dateng kesini loh. Udah tiga tahun dan hampir setiap minggu. Dia selalu tanya ke saya apa mbak dateng nyari dia. Sebentar mbak."
Ibu pemilik losmen masuk ke dalam. Dan keluar dengan setumpuk surat.
"Ini semua surat yg ditinggalin sama mas Abi buat mbak. Katanya dia gatau dimana harus cari mbak. Tapi kalau ga salah ini surat terakhir yg mas Abi titipin ke saya. Sekitar setahun lalu kalau saya ga salah. Habis itu udah mas Abi ga pernah dateng lagi mbak."
Aku mengambil semua surat dari Ibu pemilik losmen. Aku baca satu persatu surat yg dibuat Abi. 231 surat ini isinya hampir sama. Tentang rasa cinta dan penantianya.
Aku menyimpan surat terakhir dalam saku celana. Surat yg belum siap untuk aku baca. Aku janji aku akan membalas semua penantian Abi untuk ini. Aku akan mencarinya. Dan surat terakhir ini hanya akan aku baca setelah aku menemukanya.
....
Aku bisa sedikit melupakan Abi disini. Pernikahan Zahra, sahabatku sewaktu SMA. Seperti takdir Zahra memilih menikah di Jogja. Seperti takdir Zahra mengingatkanku untuk kembali ke tempat dimana seharusnya aku kembali.
Pernikahan Zahra diadakan di sebuah gedung yg menghadap langsung pada pantai. Dekorasi putih dan merah dengan bunga bunga mawar yg cantik.
Aku bertemu dan bernostalgia bersaama beberapa teman lama. Setelah hampir tiga perempat jam kami habiskan untuk berbincang akhirnya kami masuk ke dalam. Antrian menyalami mempelai cukup panjang.
Zahra terlihat sangat cantik dengan gaun putih bercampur sedikit merah. Sesuai dengan tema resepsi ini. Aku mengamati mempelai pria. Selama ini aku tidak tahu siapa pacar Zahra. Yg aku tau cuman hampir setahun mereka berhubungan.
Aku merasakan ada sesuatu yg beda dimata mempelai pria itu. Sesuatu yg sepertinya sudah lama aku rindukan. Antrianku semakin dekat. Dan wajahnya semakin jelas. Wajah yg sangat aku rindukan.
Aku mengucapkan selamat pada Zahra dengan susah payah menahan air mata. Dan menyalami mempelai prianya yg terlihat sangat tampan dengan jas putih berpadu dasi dan kemeja merah. Kami bersalaman. Ia memandang wajahku cukup lama dan menghela napas panjang.
"Nona"
Rasanya aku ingin waktu berhenti disini. Rasanya aku ingin waktu memberi waktu untuk menghapus luka dan kerinduan yg telah jauh berlalu. Tapi tamu undangan lain mendesak dari belakang.
Aku berlalu pergi. Berjalan sejauh yg aku bisa. Keluar dari ruang resepsi ini. Rasanya aku ingin menumpahkan semua luka pada deru ombak di depan sana.
Aku merasakan sakit atas kerinduan dan luka yg terlalu menyesatkan. Aku meneteskan semuanya. Akumulasi air mata dari semua kerinduan selama 5 tahun yg aku punya.
Dari dalam terdengar suara seseorang bernyanyi. Aku tau betul ini suara Abi. Dia menyanyikan lagu yg sama tapi untuk orang yg berbeda.
You said hello, and i turn to go
But something in your eyes left my heart beating so
I just knew i'm in love again after a long long while
Did love again
Its was destiny's game when love finally came on
I rush in line only to find that you were gone
Beautiful Girl - Christian Bautista
Pisau tumpul itu menusuk disini lebih dalam. Lebih sakit dari yg sebelumnya aku rasakan.
Aku membuka surat terakhir Abi yg aku simpan di saku celana. Surat aku janji hanya akan aku buka saat aku sudah menemukanya.
Dear nona yg tidak pernah aku tau siapa namanya,
Aku selalu kembali ke tempat ini. Sudah empat tahun. Tapi mungkin ini saatnya aku berhenti. Karena kamu tidak akan kembali.
Nona, cinta itu seperti minuman kaleng. Semuanya punya batas kadaluarsa. Selagi ada jangan disia siakan nona. Karena nanti kalau batasnya sudah terlewati sama seperti minuman kaleng. Hanya bisa menyakiti.
Maaf karena tidak menunggumu sedikit lebih lama.
Abimanyu,
Penyesalan semakin menyebar di dalam sini. Semakin menyakitkan. 5 tahun aku buang untuk mempersiapkan diri dan membiarkan kesempatan berlalu pergi.
Bait terakhir lagu yg terdengar dari dalam. Lagu yg dinyanyikan Abi.
Its was destiny's game when love finally came on
I rush in line only to find that you were gone
Suara Abi membawa pergi semua rasa pada debur ombak di depan sana.
......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar