Aku adalah seorang ludus sejati. Bagiku cinta adalah tentang apa yg terlihat, tentang bagaimana cara lelaki berpakaian dan menampilkan dirinya. Penampilan adalah penilain teratas dalam memilih pria. Tadinya.
Sampai cinta datang tanpa disengaja.
Sebagai seorang ludus, aku sama sekali tak pernah tertarik pada dia. Tidak ada yg memikat mata, semua yg terlihat di sisi luar dirinya biasa saja. Lalu tuhan memberikan kami takdir untuk bersama seharian. Ini adalah kali pertama kita saling berbincang. Kali pertama aku tau bahwa ternyata dia tidak sependiam kelihatanya. Dia membiarkanku menertawakan kebodohanya seharian.
Sama seperti hujan, dia sederhana dan menyenangkan.
Semenjak saat itu aku tidak pernah berhasil mengeliminasi dia dari isi kepala. Selalu dia dia dan dia. Semua waktu yg kita lewati bersama selalu menyenangkan. Tertawa dan membicarakan banyak hal absurd.
Our first togetherness,
Pada saatnya nanti ada seseorang yg mampu merubahmu 180 derajat, dan ketika saat itu tiba maka dia lah orangnya - Ananda Adetya Ayuningtyas
Sebagai seorang ludus sejati, tidak mungkin bagiku untuk jatuh cinta padanya. Tapi apa mau dikata kalau sudah hati yg bicara ? Ini cinta. Lagi pula sampai kapan pria dan cinta hanya jadi prestige belaka ? Ya ini cinta !
Tapi situasi membuat kita harus menutupi rasa yg ada. Pura pura acuh seperti tak pernah ada apa apa. Demi apapun ini menyakitkan. Meskipun aku seorang aktor teater tapi bagiku acting hanya diperuntuntukan diatas panggung. Aku benci beracting dalam kehidupan nyata. Benci sekali.
Jarak yg dekat justru membuat kita semakin menjauh. Karena kita terjebak dalam sandiwara super tolol. Yg lain bisa memeluk dan tertawa denganya sesukau hati tapi aku ? Hanya bisa diam menjaga jarak dan menikmati sakitnya sendirian.
Hingga keadaan terus saja memburuk. Kita saling menakar hati. Mencari tau arti satu sama lainya tanpa pernah bertana. Atau mungkin sebenarnya hanya aku yg menakar hatinya dan berharap memiliki arti untuk dia. Ah lagi lagi aku sedang menakar hati. Maaf.
Lo boleh bilang gue bajingan, tapi jangan pernah lo bilang gue pengecut karena aku pemanis di hidup kamu - leluconya.
Tapi sayangnya kali ini aku harus bilang bahwa dia pengecut atau kita berdua pengecut. Saling menunggu. Egois. Sama sama tidak mau mengambil resiko. Sama sama terlalu takut pada penolakan. Atau mungkin hanya aku yg takut dan dia tidak peduli karena aku memang tidak pernah spesial untuk dia. Ah lagi dan lagi menakar hati. Maaf.
Good actor should demolish their self defense mechanism - Randhy Prasetya
Sudah kepalang tanggung. Biar aku yg meruntuhkan self defense mechanism. Meruntuhkan semua tembok dan gengsi yg terbangun dengan kokoh. Biar aku yg berhenti menjadi pengecut dan bertanya arti aku buatnya.
Tapi keadan semakin terus memburuk. Dia bahkan tak sempat menyisihkan waktu untuk mendengarkan pengakuan. Tentang apa yg ada disini. Tentang betapa aku teramat sangat mencintai dia.
Satu. Batu. Satu. Doaku. Semoga Allah melindungi kesibukanmu - Ismi Rahmawati
Sekarang kita semakin berjarak. Tak ada lagi canda atau sapa. Tak punya waktu untuk saling bertatap muka atau sekedar berkiriman pesan. Aku masih menunggu chatnya. Berharap waktu bisa mengembalikan leluconya dan tawaku seperti dulu.
Jangan buat arti cinta jadi remeh dengan menyamakanya dengan pacaran. Cinta dan pacar punya arti yg berbeda.
Perasaanku masih tetap sama. Tapi ambisiku runtuh sudah. Aku sudah tidak lagi berambisi untuk memilikinya atau mengikatnya dalam komitmen. Persetan dengan status pacaran. Persetan ! Persetan dengan pernyataan cinta. Persetan ! Persetan dengan dia mencintaiku atau tidak. Persetan !
Melihatnya sehat. Mengaguminya dalam diam. Mengenang semua leluconya. Menantikan kebersamaan seperti dulu. Mendoakan kebahagiaanya dalam tiap solatku. Itu sudah cukup. Sungguh.
"When you love someone then you can't find the reason why, thats the pure love," they said.