Susah memang. Karena faktor external tidak akan pernah bisa bekerja jika seseorang membentengi dirinya. Tukang bacot sekelas mario teguhpun tidak ada artinya apalagi saya yg cuman siapalah ini.
The role is :
You can do anything if you 'really' want.
Harus kamu yg benar benar mau. Bukan orang lain yg mau kamu melakukan itu. Kalau kamu sudah benar benar mau, all you can do just work hard, pray, and see the mirracle.
Waktu jaman smp saya pernah mengikuti lomba lari POPDA 800m. Itu adalah kali pertama saya ikut lomba lari. Secara logika kemungkinan saya menang tidak lebih dari 30% mengingat postur tubuh dan pengalaman saya yg jauh dibawah rata rata. Tapi saat itu saya benar benar ingin menang. Benar benar ingin.
Kenapa saya ingin menang ? Karena saya ingin menarik perhatian seseorang yg saya suka. Atau setidaknya membuat dia melihat ke arah saya. Dia kakak kelas saya. Saya bukan tipe orang yg bisa mendekati lawan jenis. Mengirim pesan kepada laki laki yg saya suka terlebih dahulu adalah hal yg paling menjijikan di dunia. Maka cara inilah yg saya pilih, karena siswa yg menang lomba akan dipanggil saat upacara bendera. Inilah kesempatan saya untuk membuatnya melihat ke arah saya.
800m itu dua kali mengitari stadiun. Di putaran pertama saya betada di tengah bahkan hampir dibelakang. Sekitar 6 pelari sudah melesat jauh di depan. Tapi saya harus menang. Saya berusaha berlari lebih kencang. Lebih kencang dari yg terkencang yg saya bisa. Jantung saya berdetak lebih keras. Paru paru saya terasa sangat panas. Saya harus menggunakan mulut untuk bernafas. Kepala saya sudah mulai berkunang kunang. Kaki saya pegal bukan main. Jangan ditanya betapa inginya saya berhenti, duduk, lalu membeli minum dan berteduh karena saat itu siang bolong. Tapi saya harus menang. Harus ! Saya menyebut nama pria itu disetiap tarikan nafas.
100m dari garis finis saya sudah berada di urutan kedua. Setan di kepala saya bilang ini sudah cukup. Urutan kedua sudah bisa membuat saya dipanggil di upacara. Tapi saya sudah berusaha sampai sini. Saya sudah melampaui batas saya sampai segini. Kepalang tanggung kalau ga medali emas.
Saya berusaha lebih keras dari yg tadi. Kesakitanyapun dua kali yg tadi. Saya melawan diri saya. Melampaui batas batasnya.
Sampai di garis finis. Saya langsung mrnjatuhkan diri ke tanah. Paru paru dan jantung saya rasanya mau pecah. Kaki saya jangan ditanya bagaimana ngilunya. Saya mau muntah.
Tapi hasilnya nama saya dipanngil saat upacara sebagai juara 1 lomba lari 800m. May be i'm not the most beautiful girl in this town. But i run faster than another.
Kebanggan yg setelah berkepala dua saya tertawai habis habisan. Sampai sekarangpun saya tidak pernah berkomunikasi dengan pria itu. Menang lomba lari tidak berhasil membuat saya bisa berkenalan denganya. Tapi setidaknya saya belajar untuk berusaha lebih keras dari yg saya bisa. Dan medali emas itu sampai sekarang masih tergantung di rumah.
So, why dont you start to beyond your limit ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar