Aku tidak habis pikir kenapa konotasinya jadi begini ? Masyarakat yg salah mengontruksikan atau senimanya yg memang begajulan ?
Yaa memang aku belum pantas mendapat predikat seniman. Sama sekali belum. Acting teater masih cemen, puisi juga cemen, menari apa lagi. Mungkin aku baru pantas disebut penyuka seni.
Tapi sebagai penyuka seni yg belum pantas disebut seniman aku kontra dengan paradigma yg dianut beberapa seniman atau seniman senimanan saat ini.
"Bukan seniman namanya kalau tidak merokok. Bukan senimana namanya kalau belum hidup bebas. Seniman itu ya golongan semau mau gue." - Anonim
Lah memang seniman itu spesies tersendiri yg diciptakan oleh Tuhan ? Memang seniman berbeda dengan manusia pada umumnya ? Memangnya senimana punya empat tangan ? Lalu kenapa harus mengkelas kelaskan diri. Dengan paradigma yg menyimpang pula.
Yg membedakan seniman dan nonseniman hanya bakat yg diberikan tuhan atau kemampuan yg diasah lebih keras dari yg lain. Berapa banyak batang rokok yg dihisap atau berapa botol minuman keras yg diminum sama sekali tidak menentukan besaran kualitas dalam seni.
Buat orang apatis macamku, orang lain mau ngerokok kek, minum kek, narkoba kek. Persetan. Bodo amat. Itu pilihan hidup yg harus dihargai. Mau jadi seniman yg brutal atau yang mahal. Bebas. Itu pilihan.
Tapi setidaknya jangan menghalalkan kebrutalan atas nama seni.
haha saya suka yg ini
BalasHapus