Selasa, 08 Maret 2016

Berdamai dengan Diri Sendiri

Sebagaimana kita sekarang merupakan buah dari apa yg sudah terjadi dalam hidup.

Saya percaya semua orang punya sebab dibalik akibat. Tapi sering kali yg terlihat hanya bagian akibat. Setiap karakter dan pemikiran seseorang dibentuk oleh masa lalu, entah luka atau bahagia.

Setiap dari kita punya cerita, punya juga luka. 

Hal menyakitkan yg terjadi dalam hidup seseorang punya dua potensi yg sama besarnya. 

Semisal seorang anak yg sedari kecil suka dihina. Mungkin karena buruk rupa atau urusan harta. Trauma trauma masa kecil semacam ini dibawa sampai beranjak dewasa. Sebagian besar akan tumbuh sebagai orang yg dipenuhi kebencian atau berkepercayaan diri kurang.

Tapi percayalah, Tuhan tidak pernah punya niat jahat untuk melukai hambanya. Semua luka diciptakan Tuhan atas sebuah alasan. Tapi sering kali kita lupa dan berprasangka buruk padanya. Menyalahkan Tuhan atas apa yg terjadi dan membenci kehidupan. Sisalah hidup jadi sia sia.

Cara seperti ini sama saja mempertahankan luka itu untuk terus ada. Padahal bisa jadi sebetulnya semua sudah berlalu begitu saja. 

Berdamailah dengan diri sendiri. Maafkan semua sakit yg pernah terjadi. Percaya Tuhan juga punya sebab dibalik akibat.

Karena sebetulnya ketika kita merasa disakiti seseorang atau bahkan takdir dan mendendam. Bukan pada si penyebab kita menyimpan kebencian tapi pada diri sendiri. Bukan karena mereka bersikap buruk kita mendendam tapi karena kita tidak bisa berdamai dengan diri.

Berdamailah dengan diri sendiri atas luka, masa lalu, atau ambisi. 

Sebuah buku pernah menjelaskan dengan gamblang apa itu dendam yg membangun. Menurut si penulis yg entah siapa hal buruk yg terjadi bisa diubah menjadi dendam yg membangun. Yg seperti memecut pundak kita untuk bekerja lebih keras demi sebuah pembuktian.

Bagaimana sebuah dendam berubah menghancurkan atau membangun tergantung bagaimana seseorang melihat. Kalau ini masalah mental yg sedari sananya diberikan Tuhan dan masalah sejauh mana orang tersebut memperbaiki mentalnya. Mental yg matang butuh proses yg menyakitkan.

Tapi kalau saya boleh berpesan, sekali lagi berdamailah dengan diri sendiri. Dendam bagus kalau jadi ambisi tapi tidak semua ambisi harus dituruti. Sudah kewajiban untuk bekerja keras dan memaksa diri kita lebih dari batas tapi ada saat dimana kita pada akhirnya harus berdamai dengan diri sendiri menerima batas yg memang ditakdirkan untuk tidak bisa dilampaui. Menerima kekurangan dan keterbatasan diri. Memberikan waktu untuk sedikit bersandar dan berhenti memaksa diri lebih keras. 

Karena hidup bukan tentang menghabisi luka, membalaskan dendam, atau mencapai ambisi. Tujuan hidup sesederhana bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar